Senin, 28 November 2011

Sesal dimalam Sendu


Aku berjalan menyusuri pintu keluar bandara soekarno-hatta sambil mendorong trolli koperku yang penuh berisi pakaian dan oleh-oleh pesanan keluargaku, temanku dan Hanna Gia Abottana kekasihku yang telah kutinggalkan hampir 3 tahun ini untuk pekerjaan dan kuliahku di Prancis. Setelah lulus kuliah aku mencari beasiswa S2 di luar negeri dan kebetulan aku mendapatkan beasiswa ke Prancis dan Belanda, tapi aku lebih memilih ke Prancis, tentu saja bukan karena biayanya lebih murah atau kualitasnya yang lebih bagus, alasannya Prancis adalah kota teromantis di dunia. Siapa yang tidak ingin melihat Prancis, bisa hidup dan tinggal di sana adalah suatu kebanggaan tersendiri buatku.

Saat mulai melewati pintu keluar bandara, aku berusaha memasang wajah bersemangat dan ceria walaupun sebenarnya hari ini aku lelah sekali karena menempuh perjalanan kurang lebih 14 jam, dan harus berdesak-desakan dengan bule-bule berbadan besar tapi untung saja aku lumayan tinggi dan tubuhku lumayan atletis karena aku menyempatkan diri untuk selalu memainkan olahraga favoritku basket sehingga aku tidak mati atau remuk berdesak-desakan dengan bule-bule itu. Aku mendorong trolliku agak lambat saat keluar dari pintu bandara kepalaku melihat-lihat ke berbagai arah.
“Aldi…….!!”
Ada suara yang memanggilku aku mencari-cari siapa yang memanggilku sampai mataku tertuju pada sosok wanita dengan jaket putih, kaos oblong, celana jeans hitam dan sepatu kats yang menatapku sambil tersenyum lebar terlihat lesung pipi di pipi kirinya, tidak salah lagi itu Hanna. Ia terlihat agak sedikit kurus dari sebelumnya, tapi saat ini rambutnya yang lurus ia keriting bagian bawahnya dan diwarnai dengan warna coklat tembaga benar-benar semakin mirip gadis-gadis jepang. Aku semakin mempercepat langkahku berjalan ke arahnya dan memeluknya, ia tidak begitu tinggi, tingginya kurang sedikit dari 160 cm sehingga ketika aku memeluknya pas menempel di dadaku. Sebenarnya aku sedikit heran dengan tingginya yang tidak begitu tinggi tapi dia tetap dengan mudahnya memasukan bola basket ke ring.

Hanna adalah adik kelasku ketika aku kuliah dulu kami selisih dua tingkat tapi umur kami terpaut 3 tahun karena ia terlalu cepat masuk sekolah. Aku sudah menyukainya ketika pertama kali ia OSPEK, nama belakangnya yang sedikit aneh membuat dia menjadi perhatian sesaat kala itu. Walaupun kami berbeda jurusan aku bisa lebih dekat dengannya karena kami sama-sama satu organisasi kemahasiswaan di kampus. Rapat bersama, berdemonstrasi bersama dan melakukan kegiatan bersama membuat aku semakin mengenalnya tapi dia agak sulit untuk didekati yang lebih dari seorang sahabat. Dia sibuk dengan organisasi kampus, latihan basket, komunitas seni lukisnya dan juga dengan kuliahnya karena dia paling pantang kalau nilai-nilainya jelek. Hal ini membuatku putus asa untuk mendekatinya sampai akhirnya aku sempat melupakannya dan sibuk dengan duniaku sendiri dan pacar baruku. Entah mengapa ketika aku memulai KKN cinta lamaku padanya bersemi kembali, tapi aku memberanikan diri untuk lebih nekat mendekatinya dan menyatakan cinta ketika aku telah di wisuda. Saat itu rasanya benar-benar bahagia aku hanya ingin dia lah yang menjadi pendamping hidupku selamanya.

Setelah kepulanganku dia berencana mengajakku pergi camping, katanya dia ingin merasakan berkemah. Masalah tempat dia yang menentukannya tapi untuk perlengkapan camping aku yang mengaturnya karena dia sama sekali belum pernah camping, sedangkan aku sudah berkali-kali camping dengan temanku terutama jika naik gunung. Paginya dia datang menjemputku, barang-barangnya sudah dia siapkan di bagasi mobilnya, benar-benar terlalu banyak pakaian, memangnya dia mau menginap berapa lama untuk camping si?. Dia hanya menyisakan sedikit tempat untuk barang-barangku. Begitu sampai di lokasi hari telah mulai senja karena kami sempat kesasar pada awalnya, langsung saja aku mendirikan tendaku, tapi dia tidak mendirikan apa-apa karena tendanya ketinggalan. Aku sebenarnya heran melihatnya, tenda yang begitu penting malah tertinggal sedangkan bagasinya penuh dengan bantal, bad cover, makanan dan pakaian. Mungkin ini resiko camping dengan orang yang belum pernah camping sebelumnya. Akhirnya, kami memutuskan untuk berbagi ruang di tendaku, karena hari mulai gelap dan kami lelah sekali setelah kesasar lumayan lama, kami memutuskan malam itu untuk segera makan bekal yang telah dibawa dan tidur saja.

“Hans, kapan kamu mau menikah?” tanyaku memecah kesunyian malam di tendaku yang lumayan sempit karena penuh dengan bantal dan bad cover miliknya.
“Mungkin 3 s.d 4 tahun lagi”
“Lama sekali Hans”
“Nggak, aku masih muda kali, hehehe. Memangnya kamu sudah tua”
“Huuuuuuu….. sok muda, ingat ya umur kita tu sama-sama udah kepala dua tahu!!”
“Hahaha. Masih banyak yang mau aku kerjakan sebelum menikah dan semuanya udah aku rencanakan, kalu dihitung ya jatuhnya 3 s.d 4 tahun lagi”
“Nggak bisa kurang?”
“Nggak programku udah kaya gitu. Kenapa? kebelet kawin ya?? sana cepet-cepet cari cewek yang mau nikah sama kamu!!”
“Hm…….. emang susah kalau ngomong sama orang utan!!”
“Hahaha. Udah ah.. mau bobo nie….. Good night!”
“Night”

Tidak lama setelah itu, dia pun tertidur pulas. Aku memandanginya dengan tatapan lembut dari mataku yang kata orang tajam bagai elang, lalu tanpa sadar aku semakin mendekatkan wajahku ke wajahnya, wajahnya begitu cantik dan putih mulus, bibirnya mungil kemerahan. Aku pun menggesek-gesekan hidung mancungku ke hidungnya dengan lembut dan berlahan, entah mengapa jantungku berdebar dengan cepat, tubuhku mulai tegang dan dadaku mulai sulit untuk bernafas apalagi ketika aku merasakan hawa hangat yang keluar dari mulutnya yang sedikit terbuka mungkin karena dia agak kesulitan bernafas dengan hidungnya yang kugesek-gesekan dengan hidungku. Aku tidak tahu apa yang mendorongku untuk melakukan ini tapi aku tanpa sadar mulai mendekatkan bibir tipisku kebibirnya, bibir bagian atasnya aku kecup dengan lembut, aku kulum sehingga masuk jauh ke dalam mulutku, untuk beberapa detik aku tidak melepasnya. Kemudian aku melepaskan bibirku dari bibirnya, bibir kami masih bersentuhan tipis, bibir atasnya basah dan nafasku memburu. Kuperhatikan wajahnya, takut jika dia sadar tapi tidak ada reaksi yang lebih jauh darinya hanya erangan karena kesulitan bernafas mungkin karena aku mendekap tubuhnya dan menaruh wajahku terlalu dekat dengan wajahnya. Nafasku masih memburu, jantungku semakin berdebar kencang, upayaku untuk menenagkan diri tidak ada hasilnya malah bibirnya yang sewaktu-waktu terbuka dan bergesekan tipis dengan bibirku karena mencari-cari udara membuat darahku kembali berdesir, apakah ini yang disebut dengan nafsu birahi. Aku tidak tahu mengapa gerakan mencari-cari udaranya itu malah membuatku kembali melumat bibirnya, kali ini benar-benar tidak lagi selembut yang tadi, benar-benar aku melumat bibirnya penuh dengan nafsu. Aku mencintainya, aku tidak mau memperlakukan dia seperti ini, tapi aku juga tidak mau melepaskan bibirnya dari bibirku, hatiku terasa sakit jika harus melepasnya. Rasa rinduku selama bertahun-tahun tidak bertemu dengannya, rasa cintaku tidak ingin kehilangan dirinya benar-benar aku tumpahkan saat itu juga.

Lama aku mengulum bibirnya, kulepaskan sedetik lalu kukulum lagi, mataku terpejam saat melakukannya, menikmati rasa bibirnya yang menyatu dengan bibirku dan kini telah basah sepenuhnya. Tidur lelapnya mulai terusik karena perlakuanku, tangannya mulai meraba-raba punggung dan lengan tanganku, kepalanya bergerak kekanan-ke kiri dengan perlahan, kurasakan nafasnya memburu dan mulutnya semakin terbuka lebar sehingga aku pun bisa memasukan lidahku ke dalam mulutnnya, rasanya begitu aneh ketika lidahku menyentuh lidahnya tapi aku merasakan kepuasan tersendiri ketika aku benar-benar bisa melumat habis mulutnya. Ciumanku semakin menjadi, dan tanganku pun mulai kumasukan ke dalam kaos bagian belakangnya sehingga kulit pinggangnya yang hangat dan lembut bisa kurasakan sampai akhirnya aku tersentak kaget ketika tangan kanannya memegang erat tangan kiriku yang mulai meraba punggungnya. Aku membuka mataku dan spontan melepaskan bibirku dari bibirnya sehingga bibir kami berjarak 10 cm, aku melihat wajahnya. Matanya telah terbuka, mulutnya ternganga, nafasnya terenggah-enggah. Dia benar-benar kaget menatap wajahku, bibirnya bergetar tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Seharusnya aku merasa bersalah tapi tidak, aku tidak merasakan perasaan bersalah sedikitpun kepadanya.

Selama menjadi kekasihku dia memang belum pernah kucium bibirnya secara langsung, aku hanya mencium kening, pipi dan tangannya itu pun hanya pada saat-saat tertentu saja. Dia tidak selalu memberikan kesempatan itu kepadaku. Pernah suatu ketika, saat kami sedang di toko souvenir, dia mengambil sebuah selendang, memakainya menjadi kerudung serta sisa kain selendangnya dia lilitkan di bagian bawah wajahnya, menjadikannya cadar dan menunjukannya padaku sambil menggoyang-goyangkan kepala layaknya penari India. Aku hanya bisa tertawa geli melihatnya karena gemas, aku memegang wajahnya yang ditutupi selendang dan aku mencium bibirnya yang bersembunyi dibalik cadar selendang tipis itu dengan cepat. Aku hanya menganggapnya suatu hal yang biasa, memang aku tetap bisa merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibirku tapi kenyataannya aku mencium sebuah selendang, hanya selendang, tapi apa yang terjadi, dia malah menamparku, lalu menatapku dengan tajam seperti tatapan seorang yang ingin membunuh untungnya saat itu tidak ada orang disekitar kami kalau ada mungkin aku akan sangat malu sekali atau mungkin saja dia tidak jadi menamparku karena aku tahu Hanna tidak akan mempermalukan orang di depan umum. Setelah kejadian itu, dia masih bisa memberikan senyum kepada penjaga toko tapi tidak kepadaku. Lama kami tidak bicara, setelah aku memberanikan diri meminta maaf, dia baru bisa kembali seperti semula. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi mengungkit-ungkit hal itu dan aku tidak pernah berani lagi untuk melakukannya.


Apa yang kulakukan sekarang benar-benar membutakan aku akan ingatan hal itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa ketika dia tersadar, aku juga tidak bisa berkata maaf karena entah mengapa aku benar-benar merasa tidak bersalah, tapi aku takut kepadanya sehingga aku hanya bisa memalingkan wajahku dengan menyandarkan kapalaku ke dadanya yang tidak seberapa besar dan tidak pula kecil itu. Aku semakin menguatkan pelukanku kepadanya benar-benar seperti orang yang kedinginan dan mencari sebuah kehangatan. Aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya dan debar jantungnya yang berdetak begitu cepat. Setelah hampir 5 menit, kurasakan jantungnya mulai berdetak semakin teratur, ketakutanku pun semakin berkurang, kucari-cari telapak tangannya dan kemudian kudekatkan ke bibirku dan kucium dengan lembut, tangannya begitu dingin sekarang, kemudian aku melingkarkan tangannya ke leherku. Aku berusaha mengangkat kepalaku dan memutarnya kea rah kiri sehingga aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Dia tidak bergerak sedikitpun, wajahnya sedang menghadap ke kanan, bibirnya sedikit terbuka karena sedang mengigit-gigit jari tangan kanannya, tatapan matanya kosong. Dia tidak menangis, marah atau merasa bahagia, dia seperti kosong dan sedang menenagkan diri. Aku mendekatkan wajahku ketelinga kirinya, dan berbisik lembut kepadanya “Hans…”. Aku memberanikan diri mencium rambutnya, lalu dengan berlahan turun mencium lehernya. Tidak ada reaksi. Aku pun mencium keningnya pelan-pelan, dan mencium setiap jengkal pipinya, kemudian aku menarik tangan kanannya yang ditempelkannya kebibirnya pelan-pelan, mendekatkan bibirnya ke wajahku, lalu menciumnya dengan lembut, tetap tidak ada reaksi, hanya terdengar nafasnya yang kembali memburu. “It’s OK! Everything it’s OK,” aku membisikinya lembut sambil tetap terus mencium bibirnya pelan-pelan. Aku melingkarkan kedua tangannya di leherku dan kemudian tangan kananku kusisipkan ke punggungnya dan kulingkarkan dibahunya sedangkan tangan kiriku kulingkarkan dipinggangnya. Aku menciumnya pelan tapi semakin lama semakin dalam, kurasakan bibirnya masuk kedalam mulutku, dan kumasukan lagi lidahku ke mulutnya. Kulihat matanya mulai terpejam perlahan dan bibirnya mulai membalas ciumanku perlahan sangat perlahan lalu aku pun memejamkan mataku berusaha merasakan setiap jengkal kenikmatannya. Ketika dia membalas ciumanku beban berat yang kurasakan menyesakkan dadaku seakan-akan lenyap begitu saja, dan tanganku pun mulai bermain-main masuk kedalam kaosnya untuk meraba-raba punggungnya dengan liar, saat itu kurasakan tangannya mulai meremas-remas punggung dan rambutku. Aku dan dia mulai terangsang. Kurasakan dia menaik turunkan kakinya dengan gelisah dan semakin membuka lebar selangkanan kakinya perlahan hal itu secara tidak langsung membuat penisku menjadi bergesekan dengan alat kelaminnya yang tersembunyi di dalam celana bahan miliknya sehingga membuat penisku semakin berdenyut-denyut. Tanganku mulai berani meraba-raba punggungnya mencari-cari tali branya dan dengan cepat melepaskan kaitnya sehingga kurasakan dadanya yang kencang dan menempel dengan dadaku mengendur sedikit. Tangan kiriku meremas pundaknya dari belakang dan tangan kananku mulai berani berbalik mengarah ke perutnya dan semakin menuju ke atas memasukannya ke dalam bra yang telah terlepas dari pengaitnya, kurasakan gumpalan daging yang terasa mulus dan kenyal, kemudian jariku menyentuh pada bagian yang mengeras. Dia tersentak kaget saat aku mulai memainkan putingnya. Aku melepaskan ciumanku dan mulai berkonsentrasi pada payudaranya, aku menegapkan diriku sehingga berubah posisi jadi mendudukinya kemudian menaruh tangan kiriku meraba kaos putihnya dan mengarah ke payudaranya yang kanan lalu kuremas-remas payudaranya dengan ganas sedangkan tangan kiriku masih memainkan puting payudara kirinya yang masih tersembunyi dibalik kaos putihnya. Puting di payudara kanannya yang mulai mengeras terlihat menonjol keluar dari balik kaos putihnya, benar-benar pemandangan yang merangsang birahiku, aku pun lansung mengulum puting payudaranya yang menonjol keluar dari balik kaosnya itu. Tangannya berusaha menarik kepalaku untuk tidak melakukannya, tapi aku semakin menghisap putingnya dalam-dalam dan memainkanya dengan lidah dan gigitan-gigitan kecil. “Aaaaarg… haaaah…”, Hanna mengerang nikmat. Saat ini kaos putih di bagian dadanya yang kanan telah basah olehku, dapat terlihat samar-samar warna putingnya yang kecoklatan menempel di kaosnya yang basah. Aku tidak bisa lagi menahan diriku untuk mengusap putingnya yang menempel di bajunya itu, putingnya aku usap-usap dan aku puntir secara perlahan sedangkan tanganku yang kanan masih meremas-remas puting payudara kirinya. Kedua tangannya memegang lengan tanganku yang sibuk menjamah payudaranya, berusaha menarik tanganku lepas, tapi itu usaha yang sia-sia. Kenikmatan yang dirasakan olehnya semakin menghilangkan tenaganya untuk melepaskan cengraman tanganku di kedua payudaranya itu. Kurasakan dadanya yang kenyal dan putingnya yang telah mengeras di kedua telapak tanganku, dadanya lebih besar sedikit yang sebelah kiri. Aku jadi teringat kata guru Biologiku dulu waktu SMA, kalau payudara perempuan tidak ada yang sama ukurannya pasti ada yang lebih besar, saat ini aku baru benar-benar merasakannya sendiri.

Kulihat lagi wajah Hanna yang mulai mengerang kenikmatan, tangannya mulai meremas-remas bantal dan bad cover yang ada disekitanya, nafasnya memburu dengan cepat, melihatnya nafsuku semakin memburu. Aku angkat kaosnya berlahan sehingga terlihat perutnya di balik remang-remang cahaya lampu sentir. Aku jilati pusarnya, dia mengerang nikmat, lalu aku ciumi perutnya naik terus sampai ke payudaranya yang kanan sedang tangan kananku masih meremas-remas puting payudaranya yang kiri. Kaosnya pun akhirnya tersingkap ke atas, aku bisa melihat jelas bentuk payudaranya yang tidak kecil dan tidak besar itu tapi cukup setangkap telapak tanganku sehingga aku bisa meremas-remas payudaranya yang kenyal itu dengan pas di tangan. Kulihat payudaranya berwarna putih mulus dengan putingnya yang berwarna kecoklatan menonjol keluar dengan indahnya, aku pun langsung melahap payudaranya dengan mulutku, aku mainkan putingnya dengan lidahku dan dia semakin gelisah kenikmatan sambil menjambak rambutku. Kali ini kuberanikan tanganku melepas tali celana bahannya yang mengikat kencang dipinggangnya sehingga aku bisa dengan leluasa memasukan tanganku untuk memegang kemaluannya yang masih terbungkus pakaian dalam, kurasakan tubuhnya mengejang saat kupegang kemaluannya dengan lembut. Aku kemudian menarik celana bahan dan celana dalamnya turun agar terlepas, pelan-pelan kulihat bulu kemaluannya yang lembut dan rapi, sepertinya dia merawatnya dengan baik. Tapi belum lepas semua celananya karena aku baru menurunkannya sampai paha, Hanna memegang tanganku dengan erat, wajahnya terlihat kaget dengan perlahan dia menggelengkan kepalanya, mulutnya terbuka tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku tahu dia tidak ingin aku melakukannya tapi aku tidak menghiraukannya, nafsuku telah memburuku yang kurasakan saat ini penisku semakin berdenyut-denyut lebih kencang dari biasanya. Aku kemudian menindih tubuhnya, dia pun tersentak kaget, tapi tanganku masih memegang kemaluannya yang kini telah basah. Aku gosok-gosokkan telapak tanganku ke kemaluannya lalu aku meraba-raba mencari klistorisnya.

Aku memang tidak pintar soal berhubungan seks karena ini yang pertama bagiku aku juga sebenarnaya tidak suka menonton blue film, karena entah mengapa film itu bisa membuatku muntah saat melihatnya. Aku hanya menambah ilmu pengetahuanku seputar seks lewat buku dan melihat adegan seminya melalui film-film Hollywood yang memang sebenarnya tidak di sensor jika belum masuk ke Indonesia. Hal itu membuat aku sedikit tahu bagain-bagian tubuh mana yang mudah terangsang saat melakukan hubungan seks.
“Aaaaargh… Aaaargh….”, dia mulai mengerang lirih saat aku memainkan klistorisnya. Aku kemudian melumat kembali bibirnya, lalu aku tekuk kedua kakinya untuk menjilat klistorisnya. Aku mencium aroma kemaluannya yang telah basah, sangat aneh bagiku, tapi kemaluannya tidaklah berbau amis seperti dugaanku mungkin karena dia rajin merawatnya, aku mulai menempelkan lidahku ke klistorisnya dan memainkannya, kurasakan pahanya mendekap kepalaku dengan erat, tubuhnya mulai mengejang lagi. “Apakah dia akan orgasme?” aku bertanya-tanya dalam hati. Kutunggu-tunggu tidak ada cairan hangat yang keluar hanya terdengar suara erangannya yang begitu lemah, kulanjutkan niatku untuk menjilat lubang vaginanya yang masih sempit itu, sambil berusaha memasukan lidahku ke dalam lubang vaginanya, dia kembali mengerang kali ini semakin keras. “Aaaaah… Aaaaah… Aaaaaah… haaah” mendengarnya penisku semakin mengeras, semakin menegang. Ku buka celana jeans dan celana dalamku dengan cepat dan kuturunkan sampai lutut, sehingga penisku kini dapat dilihat olehnya. Dia kaget melihatnya, tapi aku yakin dia bukan kaget melihat ukuran penisku yang agak sedikit besar tapi dia kaget mengenai apa yang akan kulakukan kepadanya. Dia berusaha menahan badanku yang kini telah menindihnya tapi aku tetap tidak menghiraukannya apalagi dia kini sedikit agak lemas karena kenikmatan yang tadi kuberikan kepadanya. Sebenarnya aku ingin dia mengulum penisku tapi itu jelas-jelas tidak mungkin, saat ini dia tidak melakukannya dengan senang hati walaupun kebutuhan biologis telah menyerangnya.

Aku kembali menciumi lehernya dan meremas-remas payudaranya, “Don’t”, katanya lirih. “I love you.. I love you… I love you…”, kataku membalasnya. Kata-kata itu aku ulang semakin cepat, semakin cepat. Nafasku semakin memburu dan aku melepaskan celananya yang tadi hanya dapat kuturunkan sampai paha sehingga membuatnya tidak mengenakan apa-apa lagi saat ini hanya kaos putih yang masih menutupi tubuhnya. Aku lalu membuka jaket dan kaos oblongku dengan cepat sehingga tubuh bagian atasku yang berotot itu dapat terlihat jelas olehnya, kemudian aku kembali menindih tubuhnya dan mencium bibirnya. Kali ini bisa kurasakan penisku menempel dengan kemaluannya, aku pun mulai menggesek-gesekannya perlahan-lahan, lalu semakin cepat, semakin cepat. Saat ini aku hanya bisa mendengar nafas kami yang memburu dan merasakan penisku yang mulai menegang. “Haaaaah… Haaaaaah…”, “Aaaaaah… Aaaaaaah…”. Aku menciumi bibirnya, lalu menganggat kaki kirinya ke bahuku, dia tersentak kaget tapi aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Kali ini penisku sudah benar-benar menegang. Aku melumat bibirnya semakin dalam agar dia tidak menjerit saat aku memasukan penisku ke dalam vaginanya, tangannya mulai meremas-remas, memukul dan mendekap punggungku dengan erat saat aku memulai memasukan penisku tapi aku tidak menhiraukannya tenaganya tidak berarti apa-apa pada tubuhku yang agak atletis itu. Aku masih tetap berusaha terus untuk memasukan penisku ke lubang vaginanya, susah sekali lubang vaginanya terlalu sempit, tidak seperti yang aku bayangkan. Aku semakin mengangkat kaki kirinya lebih tinggi lagi dan membuka kaki kanannya sehingga aku lebih leluasa untuk memasukkannya. “Krek…”, akhirnya penisku berhasil memasuki lubang vaginanya. “Aaaaaargh….” dia berteriak dan terisak seperti mau menangis, aku tidak tahu apakah dia sedang menahan sakit atau mungkin luka dibatinnya karena keperawanannya telah kurenggut. Kurasakan cairan sedikit agak lengket keluar perlahan membasahi penisku dan selangkangannya, aku tahu itu adalah darah keperawanannya.

Aku terdiam sejenak, aku sempat bingung apa yang harus kulakukan, yang kurasakan hanya denyutan-denyutan yang ada di penisku di dalam lubang vaginanya dan rasanya begitu nikmat berjuta-juta kali lebih nikmat dari waktu aku menggesek-gesekan penisku di kemaluannya. Dia masih terisak dan merintih menahan sakit ketika aku berusaha untuk mengayunkan penisku di lubang vaginanya.

“Clak… Clak… Clak….”, Ayunan penisku semakin lama semakin cepat di lubang vaginanya yang benar-benar telah basah, aku serasa berada di puncak kenikmatan saat ini. Dia pun sudah tidak lagi terisak hanya meringis kesakitan bercampur kenikmatan, tangannya semakin memegang erat punggungku, lalu dia mulai mengejang, kurasakan cairan hangat keluar meyentuh batang penisku, dia telah orgasme untuk yang pertama kalinya. Tangannya terkulai lemas, aku memelankan ayunan penisku sesaat sambil melumat bibirnya dan menggulum puting payudaranya, setelah dia kembali mulai terangsang, aku mempercepat kembali ayunan penisku kali ini lebih cepat daripada sebelumnya.
“Aaaaaah…. Aaaaaah…”
“Haaaaaah… Haaaaaah.. Oooh… Oooh…”
Suara kenikmatanku dan dirinya bersahut-sahutan. Aku semakin mempercepat ayunan penisku lagi, kali ini dia pun juga ikut menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. Ayunan penisku semakin cepat dan kulihat payudaranya bergoyang-goyang dibalik kaos putihnya. Aku mernarik kaos putihnya keatas sehingga payudaranya yang indah dan sedang bergoyang-goyang itu dapat kulihat seutuhnya. Tubuhnya sudah mulai lagi mengejang, dia mau orgasme untuk yang kedua kalinya, tapi aku ingin orgasme berbarengan dengannya, aku menghentikan ayunan penisku sejenak lalu aku menegapkan posisi tubuhkku yang tadinya menindih tubuhnya, aku pegang kedua pinggulnya sehingga sedikit terangkat lalu kudorong masuk lebih dalam penisku ke lubang vaginanya dengan keras sehingga batang penisku telah masuk sampai kepangkalnya ke dalam vaginanya. “Aaaaaaah…” dia pun tersentak, tapi aku langsung kembali mengayunkannya dengan cepat, semakin lama semakin cepat.
“Oooooh…. Ooooh… Oooooh… Yeaaah..”
“Aldi… Aldi…. Aaaaaah”
Erangan kenikmatan kami semakin terdengar kencang. Tangannya kembali meremas-remas bantal dan bad cover yang ada di sekitarnya. Dia telah berada di puncak kenikmatan yang lebih nikmat dari sebelumnya, aku pun melepaskan tangan kiriku dari pinggulnya untuk memilin-milin klistorisnya. “Aaaaaaaah…. Aaaaaah…. Noo…!!” Dia berteriak semakin keras ketika aku semakin cepat memilin klistolisnya dan mengayunkan penisku. Tubuhnya kembali mengejang, kali ini akupun juga, tubuhku mengejang, dan cairan kenikmatan kami keluar berbarengan. Aku merasakan cairan spermaku keluar menyembur ke dalam rahimnya, aku telah membasahi rahimnya dengan spermaku. Rasanya nikmat sekali. Kami berdua pun terkulai lemas, badanku kurebahkan ke badannya lalu kulumat bibirnya pelan-pelan, dia tidak membalasnya, dia hanya terdiam dan memejamkan matanya, kulihat pipinya yang putih mulus itu telah basah oleh air mata, bibirnya yang kemerahan masih basah dan sedikit bengkak karena aku menciuminya dengan ganas, suasana saat itu benar-benar hening, hanya terdengar sayup-sayup suara jangrik dan nafas kami yang masih memburu. “Hans, I love you”, aku berbisik ditelinganya, tapi tidak ada reaksi, matanya masih terpejam sambil mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.

Kami berdua telah banjir keringat padahal suhu malam disini 27 derajat celcius. Sebenarnya aku ingin melakukannya sekali lagi malam ini, oh.. tidak dua kali lagi, mungkin tiga oh.. bukan aku ingin melakukannya lima kali lagi aku ingin melakukannya lagi sampai pagi dan hal itu sepertinya tidak mungkin terjadi. Aku tidak mungkin memintanya melakukan hal itu lagi malam ini walaupun sepertinya aku bisa memaksakannya lagi kepadanya, tapi saat ini perasaan takut kepadanya mulai tumbuh lagi di dalam diriku, entah mengapa perasaan bersalah baru muncul saat ini. Aku sebenarnya ingin sekali memaki diriku sendiri kenapa perasaan itu tidak muncul sejak awal ketika aku mulai menciuminya dengan ganas.

Hal-hal buruk mulai menghantui pikiranku, aku bukannya takut dia akan hamil karena aku memang benar-benar berniat menikahinya. Aku takut apa yang akan terjadi besok, apakah dia akan meninggalkanku setelah ini, apakah dia akan membunuhku besok. Aku terima jika memang dia mau membunuhku, tapi saat ini perasaan takut kehilangannya menjadi semakin menjadi-jadi. Aku jadi kembali teringat waktu aku menciumnya di toko souvenir, saat itu dia sama sekali tidak takut kehilanganku padahal dia telah mendapatkan ciuman dariku. Setelah kejadian itu sepertinya dia benar-benar marah dan membenciku. Jika, aku tidak aktif terus menghubunginya dan meminta maaf padanya, mungkin dia tidak akan menghubungiku lagi selamanya. Padahal mantanku yang pernah aku cium dulu, dia menjadi semakin takut kehilanganku tapi Hanna berbeda dia bukan perempuan seperti itu, akal rasionalnya lebih menguasainya daripada perasaannya kepadaku.

Kali ini dia tidak menamparku seperti waktu itu, tidak juga memukulku, menendangku, meludahiku dan memakiku bahkan tidak ada satupun kata yang diucapkannya kepadaku karena itu aku semakin takut. Hal yang telah aku lakukan padanya saat ini benar-benar kelewat batas, mungkin saja dia tidak akan berbicara lagi padaku selamanya, atau mungkin dia akan menikah dengan lelaki lain karena tidak sudi menikah dengan lelaki sepertiku yang sudah berbuat hal ini padannya. Kalau dia sampai hamil anaku mungkin saja dia lebih memilih menjadi single parent, pergi meninggalkanku tanpa aku bisa menyentuh anaku, jika hal itu sampai terjadi hatiku pasti akan benar-benar hancur. Aku hanya bisa memikirkan hal itu dalam diam, dalam tidurku yang menyambut datangnya pagi, aku ingin malam ini tidaklah berlalu dengan cepat. Jika waktu tidak dapat ku putar kembali aku ingin waktu berhenti saat ini juga, ya.. saat ini juga.

Ake Staf di luar dan didalam Ranjang


“Ohhhhhh…ohhhh….ohhhh…enak sekali paaa…ohhh…ohhh…” Erangku karena merasa Nikmat.

Saat itu aku dalam posisi berdiri membungkuk sambil berpegangan pada meja kerja pak Yanto di ruangannya. Pakaian atasku masih lengkap terpakai, sedangkan celana panjang dan celana dalamku sudah melorot sampai ke mata kaki. Pak Yanto sendiri sedang menyetubuhiku dari arah belakang dengan hanya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya saja.

CREK…CREK…CREK …CREK…CREK … terdengar bunyi suara becek dari kemaluanku yang sudah sangat basah

“Uuuuhhh…uhhh….Ake sudah mau dapet paaaa…ohhhhhh” Aku mulai merintih nikmat saat orgasmeku terasa akan datang.

Pak Yanto mempercepat gerakan pinggulnya supaya beliau juga bisa mendapat ejakulasi bersamaan dengan orgasmeku.

“A…A…HHHH…HH..” Aku mendengan beliau berteriak tertahan dengan tubuh bergetar, penisnya ditancapkannya dalam-dalam pada liang senggamaku.

“Ake…ss..saya…keluar …” bisiknya tertahan

“AHHHHMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMPPPHHHHHHHHHH…” Aku sendiri sedang sibuk menahan jeritan nikmatku sampai mukaku berubah menjadi merah padam.

SROOOTT …SROT … SROT …srot …srot … semprotan air mani pak Yanto yang hangat terasa memancar ke dalam rahimku yang saat itu sudah berisi janin berumur tiga bulan yang juga berasal dari benih beliau.

Setelah menenangkan diri sampai nafas kami tidak memburu lagi, pak Yanto kemudian mengambil tissue untuk membersihkan kemaluanku dan kemaluannya untuk kemudian membantuku memakai celanaku lagi. Tanpa berciuman dulu karena akan membuat lipstikku berantakan, aku melangkah ke luar dari ruangan beliau karena di luar sana sudah menunggu manajer penjualan yang akan menghadap beliau.

Aku memang sering diminta melayani Quickly Sex di ruang kerja beliau terutama di pagi hari, kami hanya membutuhkan 5 - 15 menit saja untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Salah satu hal yang mengurangi kenyamananku adalah aku harus menahan suara erangan nikmatku agar tidak kedengaran sampai keluar ruang kerja beliau. Aku bukanlah satu-satunya karyawan wanita yang beliau tiduri, tapi hanya aku yang beliau minta untuk melayani Quickly Sex di kantor.


Namaku Ake, umurku saat kejadian ini adalah 34 tahun, statusku sudah menikah dengan satu orang anak. Aku bekerja di sebuah perusahaan IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf purchasing merangkap sekretaris untuk pak Yanto. Sebelumnya aku adalah staf administrasi biasa, tapi atas permintaan pak Yanto aku kemudian dipromosikan menjadi staf purchasing sekaligus melakukan fungsi-fungsi kesekretariatan terbatas.

Pak Yanto merupakan direktur pengelola perusahaan yang juga merupakan pemilik perusahaan. Beliau merupakan orang yang sangat simpatik, penyabar dan telaten dalam mengajari anak buahnya agar bisa membantunya. Pada waktu pertama kali aku ditempatkan di bawah beliau untuk menggantikan sekretarisnya yang mengundurkan diri karena menikah, aku merasa sangat takut sehingga sering sekali berbuat salah. Tetapi beliau tetap mempercayaiku malah pada tahun awal tahun ini beliau mempromosikan aku sehingga gajiku naik hampir dua kali lipat.

Walaupun aku sekarang sudah lebih kenal dengan pak Yanto, tapi tetap saja aku sering merasa tidak terlalu nyaman kalau harus menghadap beliau. Salah satu yang membuatku kurang nyaman adalah tatapan mata beliau yang sangat tajam dan kadang-kadang aku merasa seperti sedang ditelanjangi. Ada satu perubahan yang aku alami sejak mendapat promosi yaitu aku berusaha tampil lebih menarik setiap hari untuk pak Yanto, aku tak tahu apa alasan pastinya dari keputusanku ini.

Pada suatu hari pak Yanto menugaskanku untuk mengikuti seminar dan workshop yang diadakan di sebuah hotel di daerah Jatinangor, tentu saja materinya sangat sesuai dengan pekerjaan dan bidang usaha perusahaan kami. Selain seminar dan workshop yang aku ikuti, di hotel yang sama ternyata ada acara lainnya diselenggarakan oleh salah satu pelanggan terbesar kami. Pak Yanto memutuskan untuk ikut acara ini untuk sekalian bertemu dengan para pengambil keputusan dari perusahaan pelanggan kami tersebut.

Oleh karena lokasi penyelenggaraan yang sama, otomatis kami mejadi sering bertemu terutama pada saat makan siang atau coffee break. Tentu saja sebagai staf biasa aku hanya berani menyapa beliau saja, tidak lebih dari itu. Tapi ternyata pak Yanto malah yang mulai mengajakku mengobrol, awalnya obrolan biasa seputar pekerjaan di kantor dan materi seminar, tapi akhirnya topiknya meluas ke hal-hal yang lebih bersifat pribadi.

Hari ini seminar dan workshop memasuki hari terakhir tetapi materinya sudah tidak ada yang baru sama sekali karena acaranya berupa presentasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggaraan seminar ini. Pada saat coffee break pagi pak Yanto mengajakku untuk jalan-jalan saja meninggalkan acara seminar lebih awal karena beliaupun sudah tidak ada acara lagi.

“Tapi suami Ake nanti sore akan jemput pa, rencananya kami akan sama-sama dari sini menengok saudara di Sumedang” Kataku yang kebingungan dengan ajakannya antara tidak berani menolak dengan takut dicurigai suamiku yang lumayan cemburuan kalau nanti tidak jadi ikut ke Sumedang.

“Habis jalan-jalan saya bisa anterin Ake balik lagi ke sini, jadi tetap bisa ikut ke Sumedang dengan suami kamu” Beliau coba menjelaskan

“Memangnya kita mau ke mana pa ?” Aku kembali bertanya

“Saya ingin ngajak Ake ke Cipanas Garut untuk berendam di sana, sambil refresing sebentar biar besok segar lagi waktu mulai ngantor”

“Hmmmm…asyik juga, tapi Ake ga bawa baju renang” Aku jadi tertarik dengan tawaran beliau.

“Saya juga tidak bawa celana renang kok … kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, tapi di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita bisa bebas berendam pake baju dalam atau telanjang sekalian” Katanya sambil tertawa

“Boleh juga tuh … Ake mau deh ikut, tapi bapa nanti bener-bener balikin Ake ke sini lagi ya ?” Aku akhirnya setuju dengan ajakan beliau dan tidak terlalu memikirkan pakai apa nanti berendamnya.

Aku mau mengikuti ajakan beliau karena kesempatan ini jarang sekali bisa didapat oleh staff biasa seperti aku, sebagai boss dan pemilik perusahaan beliau lebih banyak berinteraksi dengan level manajer atau sedikitnya supervisor. Hanya saja posisiku sebagai staff purchasing sehari-hari sering ditempatkan juga sebagai sekretarisnya untuk beberapa urusan administrasi. Aku berharap dengan banyak kesempatan berbicara dengan bossku ini, aku bisa lebih mengenal keinginan beliau yang mudah-mudahan bisa memperlancar pekerjaan dan karirku di perusahaan.

Walaupun begitu aku juga punya sedikit rasa khawatir, apakah bossku ini punya agenda lain dengan mengajakku jalan-jalan ke tempat wisata dengan hanya berdua saja. Kemungkinannya bisa saja memang karena hanya ingin bersenang-senang dengan mengajak aku, tapi bukan tidak mungkin juga aku akan diajak menemaninya tidur. Kemungkinan kedua lebih mungkin terjadi karena pak Yanto mengajakku untuk menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sambil telanjangpun bisa. Apakah itu bukan berarti beliau secara halus mengajak aku “ngamar” ?

Sekejap ada perasaan bangga seandainya beliau memang ingin mengajakku “ngamar” berarti aku yang staf biasa ini cukup menarik bagi beliau apalagi aku sudah tidak muda lagi dan bukan gadis perawan. Kalaupun benar aku akan diajaknya berhubungan badan saat di Garut nanti, apa yang harus kulakukan ? Kalau aku menolaknya pasti akan membuat beliau marah besar, sedangkan kalau menurutinya ajakannya apakah aku sanggup memenuhinya harapannya ? Apakah beliau juga akan tetap marah karena tidak puas dengan pelayananku walaupun sudah aku turuti keinginannya untuk bersetubuh ? Apakah setelah melihat bentuk tubuhku dalam keadaan telanjang bulat, apakah beliau masih “berselera” terhadapku ?

Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sehingga akhirnya kuputuskan akan pasrah saja kalau ternyata pak Yanto mengajakku berhubungan badan karena sekarang sudah terlanjur pergi bersamanya. Anehnya saat itu aku sama sekali tidak mempertimbangkan statusku sebagai seorang istri atau bossku yang juga sudah berkeluarga. Aku hanya masih menyimpan harapan semoga pak Yanto tidak mengajakku bersetubuh dan benar- benar hanya ingin ditemani berjalan-jalan dan berendam di air panas.

Akhirnya kami sampai di Garut, kami tidak langsung pergi ke areal pemandian air panas, tetapi mampir dulu ke sebuah rumah makan untuk makan siang walaupun saat itu masih kepagian. Di sana kami memilih tempat makan lesehan di atas kolam yang lumayan romantis untuk orang yang datangnya berpasangan. Sebagai bawahannya akupun melayani beliau untuk lebih nyaman menyantap pesanan kami.

Banyak hal yang kami obrolkan, terutama keingin tahuan beliau mengenai keluargaku dan juga pengalamanku sebelum bekerja di tempat yang sekarang. Aku tidak banyak berani bertanya banyak kalau mengenai latar belakang beliau kecuali beliau memang sedang menceritakannnya. Obrolan ini terus berlanjut walaupun makanan telah habis, sehingga aku mulai merasa lebih akrab dengan beliau. Setelah sholat dhuhur besama, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju areal pemandian air panas di Cipanas Garut.

Hatiku berdebar dengan kencang ketika pak Yanto membelokkan mobilnya memasuki halaman salah satu motel di sana yang mempunyai halaman cukup luas. Dari jendela mobil beliau kemudian melakukan booking kamar pada beberapa room boy yang sepertinya memang menunggu tamu di gerbang pintu motel. Aku mulai merasa gelisah karena dari pendengaranku, beliau hanya memesan satu kamar saja yang artinya apakah aku akan satu kamar dengan dia berendamnya ?

Room boy yang diajak bicara oleh pak Yanto masuk ke dalam front office untuk mengambil kunci kamar yang dipesan, kemudian memberikan isyarat agar kami mengikutinya. Pak Yanto memesan kamar yang paling besar di sana, jadi aku mulai berharap mungkin di dalamnya ada lebih dari satu kamar rendam yang terpisah. Setelah memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Yanto mengajakku turun dan masuk ke dalam kamar sambil membereskan pembayaran kamarnya.

Ya ampun …. Kamar itu memang besar dan luas tetapi tetap saja hanya mempunyai satu kamar rendam dan juga ada tempat tidurnya. Aku mulai gemetar karena kekhawatiranku mulai mendekati kenyataan yaitu aku hanya berdua dengan pak Yanto di sebuah kamar motel yang jauh dari rumah.

“Mau langsung berendam atau istirahat dulu ?” Tiba-tiba bossku bertanya

“I…i..istirahat aja dulu, Ake mau istirahat dulu” Jawabku agak tersendat, aku pikir dengan meminta istirahat dulu aku bisa menunda untuk berendam air panas. Siapa tahu kalau pak Yanto mau berendam duluan sehingga kalaupun aku dipaksa berendam bisa setelah pak Yanto selesai. Lagi pula kamar ini mempunyai dua ranjang besar, sehingga aku bisa menghindar untuk tidak satu tempat tidur dengan beliau.

“Kalau begitu kita istirahat barengan aja dulu, baru nanti berendam bareng juga” Kata pak Yanto sambil mulai melepas sepatu lalu membuka bajunya satu persatu sampai bertelanjang bulat di depanku begitu saja.

“Lho … kamu juga buka baju dong, biar nanti tinggal langsung berendam dan baju kita tidak kusut”

“Ake ti..ti..dak berani pak …” Jawabku sambil tertunduk dengan badan yang sudah menggigil.

Aku sekarang benar-benar yakin bahwa pak Yanto memang berniat meniduriku di sini, bukan hanya sekedar ingin mengajak berendam di air panas saja.

“Kalau begitu saya bantuin ya …” Kata bossku sambil mendekat dan mulai membuka kancing kemeja atasku satu persatu.

“Ja..ja..ngan pa…” aku merintih pelan karena mulai merasa tidak berdaya

“Jangan kenapa ?” Tanya bossku lagi, walaupun dengan suara biasa tapi terasa sangat mengintimidasi

“Ma…maksudnya …e..ehh … Biar Ake aja yang buka sendiri …” Akhirnya aku merasa harus menyerah dan pasrah pada situasi di mana pak Yanto kelihatannya sudah tidak ingin dibantah lagi.

Dengan tangan gemetar aku membuka bajuku satu persatu sampai akhirnya tinggal memakai BH dan celana dalam lalu berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Yanto yang dari tadi melihatku membuka baju. Kemaluanku walaupun masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku aku silangkan untuk menutupi dadaku.

“Buka juga dong BH dan celana dalamnya”

“Ake malu sama bapa …”

“Malu kenapa ? Hanya ada kita berdua kok di dalam sini dan saya kan udah telanjang juga”

Akhirnya aku menuruti juga kemauan beliau dengan melepaskan “pertahanan terakhirku” yang membuat kami sama-sama telanjang bulat sekarang. Walaupun sepanjang jalan tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk terjadinya peristiwa ini, tapi tetap saja aku sangat ketakutan saat mengalaminya langsung. Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mataku, tapi aku tidak berani sama sekali bersuara takut akan membuat suasana makin runyam. Tanganku aku silangkan di depan tubuh dengan kedua telapak tangan menutup kemaluanku sedangkan lengan bagian atasku dipakai menutupi dadaku setidaknya putting susuku.

Pak Yanto sekarang berdiri tepat di depanku dengan tubuh tinggi besarnya hampir menempel padaku. Penisnya yang hitam kemerahan sudah berdiri tegak dan menempel diperutku. Kedua tangannya kemudian meraih tanganku dan melingkarkannya ke belakang tubuhnya sehingga aku jadi memeluk beliau di bagian pinggang.

Daguku lalu diangkatnya dengan tanggannya sampai wajah kami berdekatan lalu beliau mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan. Aku belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Dengan sabar pak Yanto menciumku berkali kali sampai akhirnya tanpa terasa aku mulai membuka bibirku yang tipis dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku.

“Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Aku mulai berdesah sebagai reaksi atas ciuman pak Yanto yang semakin gencar dengan permainan lidahnya dan mulai mencairkan keteganganku.

Tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuhku sedangkan tangan kanannya memegang tengkukku. Tanpa kusadari tanganku yang melingkari pinggangnya mulai kugunakan untuk memeluk pak Yanto sehingga tubuh kami sekarang saling merapat, kulit bertemu kulit. Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sedangkan penis pak Yanto bergesekan dengan perut dan payudaraku. Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahku sekaligus juga keberanianku untuk mulai menyambut aksi beliau.

Kemaluanku terasa mulai lembab …………….

Pak Yanto kelihatannya juga merasakan kemaluanku yang mulai lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga beliau mulai lebih intensif menggerak-gerakan pahanya pada kemaluanku. Aku meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga seluruh kemaluanku sekarang bisa bergesekan dengan paha pak Yanto.

“Aahhhhhhhhhh …..geli paaa…” Desahku saat pak Yanto mengalihkan ciumannya ke telinga dan leher kiriku

“Ohhhhh….oohhhh …. Ohhhh ….ohhh….paaaa….ohhhh…” suara desahanku makin tidak terkendali saat pak Yanto mulai meremas-remas payudara kecilku dengan tangan kanannya.

Tiba-tiba pak Yanto berlutut di depanku dan bibirnya langsung memangut putting susuku untuk dihisap-hisapnya, sedangkan tangan kanannya sekarang mengelus-elus kemaluanku.

“Bapaaaa…oohhhhhh…..paaa….Ake akan diapain ….ohhhhh…..” aku terus mendesah hampir tidak berhenti.

“Ouchhhhhh…..hhhhh….shhhh…shhhh.shhhhhh” Hanya desisan yang bisa kukeluarkan saat pak Yanto memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku lalu mengocoknya dengan cepat.

Pelan-pelan kemaluanku mulai becek dikarenakan menerima rangsangan-rasangan yang pak Yanto berikan padaku. Rasa takutku sudah hilang sama sekali demikian juga kekhawatiran akan mengecewakan beliau karena ternyata aku terus “digarapnya” walaupun sampai saat ini aku masih bersikap pasif.

Setelah lubang senggamaku semakin becek dan merekah, pak Yanto lalu berdiri lagi dan dengan perlahan-lahan menekuk kakinya sehingga sekarang penisnya ada di depan vaginaku. Aku mengerti maksudnya yang akan menyetubuhiku dalam posisi berdiri, tapi aku belum pernah melakukannya selama aku menikah dengan suamiku. Jadi aku mencoba membantu beliau dengan merenggangkan kakiku sambil memajukan kemaluanku agar liang senggamanya lebih mengarah kedepan.

Ternyata upayaku yang hanya berdasakan naluri itu cukup berhasil, kurasakan kepala penis beliau sudah ada di depan liang senggamaku sambil berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk masuk.

BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ….

Penis pak Yanto akhirnya masuk dengan mulus kedalam liang senggamaku.

“UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………..” Tanpa bisa ditahan lagi aku mengeluarkan suara lenguhan keras saking nikmatnya.

Setelah seluruh batang penisnya masuk, pak Yanto memelukku dengan kedua telapak tangannya pada buah pantatku. Kemudian dengan perlahan-lahan dia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis aku terangkat ke atas oleh dorongan penisnya pada kemaluanku seperti sate dengan tusuknya.

“Ohhhhhhhh….Ake takut jatuh paa ….” Sambil melenguh nikmat aku juga merasa takut akan jatuh karena hanya tubuhku diangkat hanya oleh kekuatan otot penisnya saja.

“Belitkan kedua kaki kamu ke pinggang saya sebagai pengait supaya tidak mudah jatuh” Perintahnya
Aku segera mengaitkan kakiku melingkari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya, sedangkan kepalaku aku sandarkan pada bahu beliau. Setelah beliau yakin aku menempel dengan benar pada tubuhnya, dia lalu mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur.

“Ohhhhh….ohhhhh….ohhhhh…ohhhh….bapppaaa..aaahhhh…ohhhh….ohhhh….ohhh…paaa…enaaak”
Pak Yanto menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sambil berjalan keliling ruangan. Bersetubuh seperti ini benar-benar tidak pernah terpikir olehku dan tidak pernah terbayangkan akan aku alami karena suamiku hanya melakukan hal-hal yang biasa saja. Walaupun pergerakan penis pak Yanto sangat terbatas, tapi posisi penisnya yang tegak dan tertekan oleh berat tubuhku sendiri membuat terasa sangat nikmat seolah-olah menembus sampai jantungku.

“Ohhhh…ohhhhh….ohhh….ohhhh….ohhh..” aku terus mendesah mengikuti gerakan bossku
Tak berapa lama kemudian pak Yanto menyandarkanku ke dinding kamar dan mulai menggenjot penisnya dengan lebih cepat karena beban dari berat tubuhku sudah tertahan sebagian oleh dinding kamar.

“Addduddduuuuhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..ohhhh…ouchhhh…..aahhhh….ohhhh…” desahanku semakin menjadi-jadi.

“AAAAAAAAAAAARRRRRRRHHHHHHHHHHHHHH……………….” Akhirnya aku mengerang nikmat dengan keras saat orgasmeku datang.

Pak Yanto menurunkan intensitas genjotan penisnya untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasmeku.

“Adduuuuuhhhh…. Enak sekali paaaa” Bisikku di telinga beliau

“Kita sekarang main di ranjang ya sayang … Saya belum keluar…bantu saya ya sayang” Balas pak Yanto dengan lembut.
Aku hanya bisa mengangguk pelan karena seluruh tenagaku seolah-olah telah tersedot habis oleh orgasme tadi. Pak Yanto kemudian menurunkanku sampai kakiku bisa menapak ke lantai sebelum kemudian melepaskan penisnya dari kemaluanku. Penisnya kelihatan sekali masih keras dan tegak walaupun sekarang warnanya lebih kemerahan dibandingkan sebelumnya. Kemudian aku dibopongnya ke ranjang.

“Uhhhhhhh….” Aku kembali mendesah saat beliau melepaskan penisnya dari kemaluanku.
Di tempat tidur aku hanya bisa tergolek lemas, tapi aku masih ingat permohonan beliau yang ingin dibantu untuk bisa berejakulasi olehku. Oleh karena itu kucoba mengangkangkan kakiku agar menjadi isyarat bahwa aku masih siap menyambut lagi beliau supaya mencapai ejakulasi. Aku gosok-gosokkan tanganku pada kemaluanku supaya tetap merekah dan basah. Pak Yanto lalu naik ke ranjang sambil mengocok-ngocok penisnya sampai ke dekat kemaluanku dan langsung memasukkannya lagi ke dalam liang senggamaku.

BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………….

“AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Penis pak Yanto benar-benar bisa mendatangkan kenikmatan bagiku walaupun aku lihat tidak terlalu besar atau panjang ukurannya.

“Euuhhhhh….euhhhhh…euhhhh….euhhhh…euhhhh…” aku terus melenguh saat pak Yanto mulai memompakan penisnya dari atas tubuhku.

“Ooooohhhh…ohhhhh….bapppaaa….teruss…paaa…auhhhhh…aaaahhh” aku meracau

Pak Yanto memompa semakin kencang dan kemaluanku semakin basah bahkan mulai banjir mengalir keluar.

CROK…CROK ….CROK ….CROK ….CROK …. Kudengar suara penis pak Yanto yang menembus kemaluanku yang sudah sangat basah

“Ohhhhh…ohhhh….paaaaa….Ake mauuu dapet lagiiii….ooohhhh”

Aku beranikan untuk melingkarkan kakiku pada pantanya beliau untuk membantu tekanan saat memompa penisnya.

“AAAAAAARRRRRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH …..” Aku kembali mengerang saat orgasme keduaku datang

Aku coba menekan kakiku yang melilit pantat beliau supaya bisa menikmati orgasmeku tapi rupanya beliau juga sedang menunggu ejakulasinya yang sudah dekat.

“Akeeee….saya akan semprotkan di dalam….AHHH…AHHH…AHHH…ahhh….ahhhh….ahhh” Teriak beliau sedikit tertahan

SRRROOOOOT …..SROOOOOT ….SROOOOTTTT….srrrt ….srrrt….srrrt … kurasakan semprotan air mani bossku yang sedang menaburkan benihnya di rahimku.

“Ahhhhhhhhhhhhh…..” Pak Yanto mendesah lega setelah semua air maninya keluar

Kami lalu berciuman dan berpelukan dengan mesra seperti sepasang kekasih bukannya boss besar dengan karyawan level bawahnya.

“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Tanya pak Yanto dengan lembut membuka percakapan dengan tetap menindihku dan tanpa menarik penisnya dari kemaluanku.

“Bisa pa, enak sekali malah… asalnya Ake takut sekali…tapi kalau tau bakal enak kayak ini Ake udah mau dari dulu-dulunya” Cerocosku panjang lebar

“Emangnya kamu ga apa-apa saya setubuhi ?” Pak Yanto keheranan dengan jawabanku

“Bagi orang seperti Ake, bapa udah milih Ake untuk disetubuhi saja rasanya udah gimana gitu ….” Jelasku

“Sebenernya waktu bapa ngajak Ake ke Garut buat sewa kamar rendam, Ake udah merasa pasti ujung-ujungnya bakal diajak bersetubuh” Sambungku sambil tanganku membersihkan noda lipstikku yang menempel di pipi dan sekitar bibir beliau “Ake ngerti lah kalau orang yang udah gede mandi bareng bakal ngapain …”

“Jadi waktu Ake iyain, itu artinya sudah termasuk kesediaan Ake disetubuhin bapa” Kataku agak manja “Kalau Ake masih perawan mungkin bisa lain ceritanya atau mungkin juga tetep sama”.

“Malah yang Ake paling takutkan bukan disetubuhinya, tapi takut tidak bisa memuaskan bapa atau membuat bapa marah” Sambungku “Ake tidak tahu, orang-orang gede seperti bapa itu maunya apa kalau lagi bersetubuh”

“Kalau orang-orang kecil seperti suaminya Ake mah gampang sekali nebak maunya” AKu masih nyerocos “Ake tinggal ngangkang dia langsung tembak, selesai …mmmmpppphhhhhh”
Pak Yanto hanya tersenyum lalu mencium bibirku untuk menghentikan omonganku yang menggelontor hampir tidak berhenti. Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah masing-masing dari cara menciumnya aku bisa belajar ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah. Selama ini aku hanya berciuman dengan suamiku hanya mengadukan bibir saja dan paling banter seperti bertukar ludah.

“mmmmmmpppphhhhhhh….ahhhh…mpppppphhhhhhh……ohhhhhh…..mpppphhhh” Saat berciuman aku tidak bisa menahan desahanku karena penis pak Yanto walaupun sudah tidak sekeras sebelumnya kurasakan berkedut-kedut di dalam liang senggamaku sehingga menimbulkan rasa geli yang nikmat. Aku kemudian membalasnya dengan menggerakkan otot kemaluanku untuk meremas-remas penisnya dengan gemas sambil tanganku menekan-nekan pantatnya.

“Ahhhhhh….” Desahku saat pak Yanto mencabut penisnya dari kemaluanku dan berbaring di sampingku. Aku mencoba memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap beliau bersedia memelukku, ternyata beliau menyambutku dengan mesra, bukan hanya membalas pelukanku tetapi juga membelai-belai tubuh dan rambutku.

Bossku itu juga minta aku merapikan bulu kemaluanku karena beliau lebih senang bulu yang rapi tipis dan minta waktu nanti kami bersetubuh lagi sudah berubah. Walaupun suamiku sebenarnya lebih suka kemaluanku berbulu lebat, tapi aku memilih akan menuruti kemauan pak Yanto saja dan aku akan cari alasan untuk suamiku. Apalagi dari kata-katanya itu artinya beliau mau mengajakku bersetubuh lagi di lain waktu yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga.

Setelah cukup beristirahat, kami lalu mandi berendam bareng di bak air panas yang tersedia di kamar mandi hotel. Kami berendam sambil berpelukan, pak Yanto memelukku dari belakang sehingga tangannya bisa memeluk sambil memainkan kemaluanku, meremas-remas payudaraku dan memainkan putting susunya.

“Geli paaa….ohhhhh…hhhhhh ….shhhhhhhhh” Aku mulai mendesah dan mendesis saat pak Yanto menciumi leher dan kupingku sedangkan jarinya mulai dikeluarmasukkan ke dalam liang senggamaku yang terendam air.
Tanpa sadar badanku mulai menggeliat-geliat karena rangsangan yang dilakukan beliau. Aku juga merasakan penis bossku itu mulai mengeras di belakang punggungku sehingga membuatku semakin terangsang.

“Ohhhhhh….bapaaa…Ake pengen disetubuhi lagi…shhhhhhh” Aku memberanikan diri meminta beliau menuntaskan berahiku yang sudah sampai keubun-ubun.
Beliau lalu mencabut jarinya dari liang senggamaku dan mengangkat pantatku sedikit sehingga penisnya bisa diarahkan pada kemaluanku dari arah belakang.

BLESSSSSSSSS ………..

“OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHH………………..nikmat sekali paaa” Erangku menyambut masuknya penis beliau ke dalam tubuhku.

“Euhhhhh….euhhhhh…euhhhh…euhhhhhh…euhhhh” Aku coba berinisiatif menggerak-gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sambil berpegangan pada pinggir bak.

Gerakan naik turunku menimbulkan gelombang pada air bak yang makin lama semakin bergolak tak teratur seperti juga gairah kenikmatanku yang terus semakin bergelombang naik.

“Heeeehhhhhh ….Heehhhhh ….Heeehhhhh ….Heeehhhhh…” aku mencoba menaikkan tempo gerakanku tapi tetap saja hambatan air membuat gerakanku seperti gerakan slow motion di filem-filem.

Pak Yanto mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sedangkan tangan kanannya semakin gencar meremas-remas payudaraku dari arah belakang dan tangan kirinya memainkan kelentitku.

“Oooohhhh ….ohhhh….ohhhhh….ohhhh….ohhhh…..ohhhhh” Gerakanku semakin liar dengan rangsangan dari beliau

“AAAKEEEE DAPEETTTTT LAGI …..OHHHHHHHHHHHHHH” Aku menjerit saat mendapat orgasme pertama di dalam air.

Aku berhenti menggerakkan tubuhku untuk menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan nafas agak tersenggal-senggal. Pak Yanto masih menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya tetap naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sambil meremas kedua payudaraku dengan lembut. Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk dan punggungku berulang ulang melengkapi kenikmatan yang kurasakan.

Pak Yanto memintaku memutarkan badan supaya posisi kami menjadi saling berhadapan dengan penisnya masih ada dalam kemaluanku. Kami berciuman sambil aku memeluknya, sedangkan tangan beliau memegang kedua buah pantatku sambil tetap menaik turunkan pinggulnya. Pelan-pelan gairahku timbul kembali dan mulai mengimbangi gerakan pinggulnya dengan menggerakkan pinggulku sendiri naik dan turun.

“Ahhhh ….Mmmmmppphhhhhhh……oohhhhhhh…..mmppppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sambil terus berciuman.

Makin lama ciuman kami makin panas, bibir kami saling melumat dan permainan lidah yang semakin liar. Gerakan penis pak Yanto semakin kasar, penisnya dengan keras menyodok-nyodok ke dalam liang senggamaku sedangkan pantatku ditekannya kebawah oleh tangan beliau.

“Ohhhhhh ….ohhhhh….ohhhhhh….paaaa….ohhhhh….baapaaaa….aduuuhhhhh…” Aku hanya bisa mengerang nikmat tanpa berbuat apa-apa karena pak Yanto mengambil alih kendali.

“Akeeee…. Saya mau keluarrrrrr” pak Yanto mengerang

Aku rasakan tubuh pak Yanto bergetar keras sedangkan penisnya berdenyut-denyut dengan tidak kalah kerasnya.

SROOOOOOTTT …SROOOTTT…….SROOOTTTT …semprotan demi semprotan air mani bossku kembali membanjiri rahimku

“A..a..aahhhh..a..a..aahhhh…” pak Yanto mengerang tertahan

Walaupun aku tidak mendapat orgasme lagi yang berbarengan dengan ejakulasinya pak Yanto, aku tetap merasa puas karena sudah mendapat orgasmeku tadi. Aku lalu menciumi dan membelai-belai wajah bossku yang terlihat cukup kelelahan setelah bersetubuh denganku di air panas. Otot-otot liang senggamaku kembali aku kontraksikan untuk memijat-mijat penis pak Yanto yang juga sedang kelelahan di dalam tubuhku.

Bossku itu kelihatannya sangat suka dengan apa yang aku lakukan, beliau lalu membalas ciumanku dan memelukku dengan mesranya. Beliau kemudian menciumi seluruh wajahku, leherku dan payudaraku serta menghisap-hisap putingnya sambil mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku. Sebagai wanita tentu saja aku merasa bangga bisa memuaskan beliau yang merupakan bossku sehari-hari walaupun sebenarnya aku juga sangat puas karena mendapat kenikmatan yang lebih tinggi dari yang aku biasa dapat kalau berhubungan badan dengan suamiku sendiri.
Dengan posisiku tetap “menunggangi” beliau kami mengobrolkan berbagai hal, mulai dari pekerjaan sampai yang berkaitan kehidupan pribadi masing-masing, tentu saja sambil diselingi berciuman mesra. Pak Yanto sempat bertanya apakah aku pake pengaman, waktu aku balas dengan pertanyaan kenapa baru bertanya sekarang padahal beliau sudah dua kali menebar benihnya ? Beliau menjawab sambil tertawa bahwa karena aku sudah punya suami maka dia tidak terlalu khawatir kalau aku jadi hamil karenanya.

Aku memang sekarang memakai IUD sebagai pengaman karena belum merencanakan punya anak lagi. Kemudian iseng-iseng beliau aku tanya, kalau aku lepas IUDnya apakah dia mau menghamili aku ? Jawabannya cukup mengagetkan tapi sangat menyenangkanku karena beliau bersedia “menyumbang” benihnya tetapi tidak mau menikahiku. Tetapi beliau bersedia berkomitmen untuk membantu biaya “anak biologisnya” itu.

Setelah selesai berendam, kami lalu membersihkan badan dan berpakaian lagi untuk bersiap-siap pulang karena suamiku sudah akan menjemputku di tempat seminar tadi. Di tengah perjalanan pak Yanto memintaku melakukan oral seks, karena aku belum pernah melakukannya beliau lalu membimbingku mengenai cara melakukannya. Sesampainya di tempat parkiran tempat seminar, pak Yanto belum juga berejakulasi yang memaksaku untuk lebih agresif mengemut penisnya. Akhirnya beliau bisa ejakulasi dan memintaku meminum seluruh air maninya sampai habis.

Ternyata suamiku juga sudah ada ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik dan dengan terburu-buru aku segera merapikan baju dan rambutku serta memakai lipstik lagi yang telah hilang menempel di penis pak Yanto. Setelah semuanya rapih kembali aku keluar dari mobil pak Yanto dan ambil jalam memutar dari parkiran yang tidak terlihat suamiku untuk masuk ke tempat seminar. Aku kemudian menghampiri suamiku seolah-olah baru selesai seminar dan mengajaknya berkenalan dengan pak Yanto … bossku di kantor dan di ranjang.

Malam Pertama dengan Kekasihku


Namaku Anggi, umurku 22 tahun. Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Saat ini aku sudah berada di tingkat akhir dan sedang dalam masa penyelesaian skripsi. Sebelum aku memulai kisah yang akan menjadi kisah indah bagiku, perkenankan aku mendeskripsikan diriku. Tinggiku 160 cm dengan berat 45 kg. Rambutku hitam panjang sepinggul dan lurus. Kulitku putih bersih. Mataku bulat dengan bibir mungil dan penuh. Payudaraku tidak terlalu besar, dengan ukuran 34 B.

Sebulan yang lalu, seorang laki-laki berumur 28 tahun memintaku jadi pacarny. Permintaan yang tak mungkin aku tolak, karena dia adalah sosok yang selalu ku impikan. Dia seperti pangeran bagiku. Badannya yang tinggi dan atletis serta sorot matanya yang tajam selalu membuatku terpana. Namanya adalah Rico, kekasih pertamaku. Rico sudah bekerja di perusahaan swasta di Jogja. Rico sangat romantis, dia selalu bisa membawaku terbang tinggi ke dunia mimpi. Ribuan rayuan yang mungkin terdengar gombal selalu bagai puisi di telingaku. Sejauh ini hubungan kami masih biasa saja. Beberapa kali kami melakukan ciuman lembut di dalam mobil atau saat berada di tempat sepi. Tapi lebih dari itu kami belum pernah. Sejujurnya, aku kadang menginginkan lebih darinya. Membayangkannya saja sering membuatku masturbasi.

Hari ini (30 Maret 2010) tepat sebulan hari jadi kami. Rico dan aku ingin merayakan hari jadi tersebut. Setelah diskusi panjang, akhirnya diputuskan weekend kita berlibur ke kaliurang.

Sabtu yang ku tunggu datang juga. Rico berjanji akan menjemputku pukul 07.00 WIB. Sejak semalam rasanya aku tidak bisa tidur karena berdebar-debar. Untuk hari yang istimewa ini, aku juga memilih pakaian yang istimewa. Aku mengenakan kaos tanpa lengan berwarna biru dan celana jeans 3/4. Rambut panjangku hanya dijepit saja. Karena takut nanti basah saat bermain di air terjun, aku membawa sepasang baju ganti dan baju dalam. Tak lama kemudia Rico datang dengan mobil honda jazz putihnya. Ahh,, Rico selalu tampak menawan di mataku. Padahal dia hanya memakai kaos hitam dan celana jeans panjang.

"Sudah siap berangkat, Nggi?" aku pun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil. Perjalanan tidak memakan waktu lama karena jalanan masih cukup sepi. Sekitar 45 menit kemudian kita sampai di tempat wisata. Ternyata pintu masuk ke area wisata masih ditutup.

"Masih tutup, mas.. Kita jalan dulu aja ke tempat lain, gimana?" tanyaku
"Iya.. coba lebih ke atas. Siapa tau ada pemandangan bagus."

Rico segera menjalankan mobilnya. Tidak begitu banyak pemandangan menarik. Begitu sekeliling tampak sepi, Rico memarkir mobilnya.

"Kita nunggu di sini aja ya, sayang. Sambil makan roti coklat yang tadi aku beli. Kamu belum sarapan, kan?"
"iya, mas.. Anggi juga lapar"

Sambil makan roti, Rico dan aku berbincang-bincang mengenai tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Tiba-tiba...

"Aduh Anggi sayang, udah gede kok makannya belepotan kayak anak kecil,,," ucapnya sambil tertawa. Aku jadi malu dan mengambil tisue di dashboard. Belum sempat aku membersihkan mukaku, Rico mendekat, "Sini, biar mas bersihin." Aku tidak berpikir macam-macam. Tapi Rico tidak mengambil tisue dari tanganku, namun mendekatkan bibirnya dan menjilat coklat di sekeliling bibirku. Oooh,, udara pagi yang dingin membuatku jantungku berdebar sangat kencang.

"Nah, sudah bersih." Ucap Rico sambil tersenyum. Tapi wajahnya masih begitu dekat, sangat dekat, hanya sekitar 1-2 cm di hadapanku. Sekuat tenaga aku mengucapkan terima kasih dengan suara sedikit bergetar. Rico hanya tersenyum, kemudian dengan lembut tangan kirinya membelai pipiku, menengadahkan daguku. Bisa ku lihat matanya yang hitam memandangku, membuatku semakin bergetar. Aku benar-benar berusaha mengatur nafasku. Seketika, ciuman Rico mendarat di bibirku. Aku pun membalas ciumannya. Ku lingkarkan kedua tanganku di lehernya. Ku rasakan tangan kanan Rico membelai rambutku dan tangan kirinya membelai lenganku. Tak berapa lama, ku rasakan ciuman kami berbeda, ada gairah di sana. Sesekali Rico menggigit bibirku dan membuatku mendesah, "uhhhh..." refleks aku memperat pelukanku, meminta lebih. Tapi Rico justru mengakhirinya, "I love you, honey" Lalu mengecup bibirku dengan cepat dan melepaskan pelukannya. Aku berusaha tersenyum, "I love you, too". dalam hati aku benar-benar malu, karena mendesah. Mungkin kalau aku tidak mendesah, ciuman itu akan berlanjut lebih. Aaahh,,, bodohnya aku. Rico lalu menjalankan mobilnya menuju tempat wisata.

Kami bermain dari pagi hingga malam menjelang. Tak terasa sudah pukul 19.00 WIB. Sebelum kembali ke kota, kami makan malam dulu di salah satu restoran. Biasa, tidak ada makan malam hanya 1 jam. Selesai makan, ku lihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 21.30

"Waduh, mas,,, sudah jam segini. Kos Anggi dah tutup, nih. Anggi lupa pesen maw pulang telat. Gimana, ini?"
"Aduuh,, gimana, ya?? Ga mungkin juga kamu tidur di kos mas."
"Uuuh,, gimana, dong??"
"Udah, jangan cemas. Kita cari jalan keluarnya sambil jalan aja."

Selama perjalanan aku benar-benar bingung. Di mana aku tidur malam ini??

"Sayang, kita tidur di penginapan aja, ya. Daerah sini kan banyak penginapan. Gimana?"
"Iya deh, mas.. dari pada Anggi tidur di luar"


Tak lama kemudia Rico berhenti di sebuah penginapan kecil dengan harga murah. Tapi ternyata kamar sudah penuh karena ini malam minggu dan banyak yang menginap. Sampai ke penginapan kelima, akhirnya ada juga kamar kosong. Tapi cuma satu. Karena sudah hampir pukul 23.00 kami memutuskan mengambil kamar tersebut. Sampai di kamar, Rico langsung berbaring di kasur yang ukurannya bisa dibilang single bed. Aku sendiri karena merasa badna lengket, masuk ke kamar mandi untuk ganti baju. Selesai mandi, dalam hati dongkol juga. Kalau tau nginap begini, satu kamar, aku kan bisa bawa baju dalamku yang seksi. Terus pake baju yang seksi juga. Soalnya aku cuma bawa tank top ma celana jeans panjang. Hilang sudah harapanku bisa merasakan keindahan bersama Rico. Selesai mandi, aku segera keluar kamar. Tampak Rico sudah tidur. Sedih juga, liat dia udah tidur. Aku pun naik ke atas kasur dan membuat dia terbangun.

"Dah selesai mandi, ya.."
"Iya,, mas ga mandi??"
"Ga bawa baju ganti ma handuk"
"Di kamar mandi ada handuk, kok. Pake baju itu lagi aja, mas"

Rico mungkin merasa gerah juga, jadi dia pun mengikuti saranku. Gantian aku yang merasa mengantuk. Segera ku tarik selimut dan memejamkan mata tanpa berpikit apa-apa. Baru beberapa saat aku terlelap, ku rasakan ada sentuhan dingin di pipiku dan ciuman di mataku. Saat aku membuka mata, tampak Rico telanjang dada. Hanya ada sehelai handuk membalut bagian bawah. Badannya yang atletis tampak begitu jelas dan penampilannya membuatku menahan nafas.

"Ngga dingin mas, ga pake baju. Cuma pake handuk" Kataku dengan senyum penuh hasrat.

Tidak ada jawaban dari Rico. Dengan lembut dan cepat di rengkuhnya kepalaku dan kami pun berciuman. Bukan ciuman lembut seperti biasanya. Tapi ciuman penuh gairah. Lebih dari yang tadi pagi kami lakukan. Lidah kami saling bermain, mengisap, "mmmm...mmm.."

Ku lingkarkan tanganku di punggungnya, ku belai punggungnya. Tangan kananku lalu membelau dadanya yang bidang, memainkan puting susu yang kecil. Gerakanku ternyata merangsang Rico, di peluknya aku lebih erat, ku rasakan badannya tepat menindihku. Rico mengalihkan ciumannya, ke telingaku, "aaah,,mmm,,"

Tangannya menjelajahi badanku, menyentuh kedua gunung kembarku. Di belainya dengan lembut, membuatku mendesah tiada henti

"aaah,,mm,, masss,,,uhh,,," badanku sedikit menggeliat karena geli. Bisa ku rasakan vaginaku mulai basah karena tindakan tadi. Tangan Rico, kemudian masuk ke dalam tank topku, menjelajahi punggungku. Seakan mengerti apa yang dicari Rico, ku miringkan sedikit badanku dan ku lumat bibirnya penuh nafsu. Rico pun membalas dengan penuh nafsu dan tidak ada 1 detik kait BH lepas. Ku rasakan tangan Nico langsung kembali ke badanku dan mmbelai langsung kedua payudaraku.

"aaah,,,uhhh,,,"
"Sayang,,, tank topny dilepas, ya" ujarnya dengan nafas tersengal karena penuh gairah. Tanpa persetujuan dariku, lepaslah tank top dan juga BHku. Bagian atasku sudah tak berbusana. Rico langsung menikmati kedua payudaraku. Di remasnya payudaraku,,, membuatku menggeliat, mendesah,

"aaah,,sss...maass,,uhhh,,,," Erangan dari mulutku tampaknya membuat Rico semakin bernafsu, dia kemudian mengulum dan mengisap pentil payudaraku, "aaaahh,,,,ohhh,,,,,mmmm,,," aku mengerang, mendesah, menggeliat sebagai reaksi dari setiap tindakannya. Tangan kiri Rico membelai perutku dengan tangan kanan dan mulut yang masih sibuk menikmati payudaraku yang mengeras. Ku rasakan tanga kiri Rico cukup kesulitan membuka celana jeansku. Ku naikkan pinggulku dan kedua tanganku berusaha membukan kaitan celana jeans dengan gemetar. Susah payah celana jeans itu akhrinya terlepas juga. Tanga kiri Rico tanpa membuang waktu langsung menyusup ke dalam celana dalamku, membelai vaginaku yang sudah basah, "aaahh,,,maass,,aah,,teruus,,ssshh,,mmmmm"

Kurasakan Rico menekan klitorisku, "aaahh,,,," membuatku semakin mendesah dan bergetar. Apalagi Rico masih mengisap puting payudaraku. Tidak lama kemudian ku rasakan seluruh badanku terasa kencang, vaginaku mengalami kontraksi dan aku menggeliat hebat, "AAAHHH,,,,,," sambil memegang pinggiran tempat tidur menyambut orgasme pertamaku.

Rico tampak puas dapat membuatku merasakan orgasme. Belum selesai aku mengatur nafas, Rico berada di antara kedua pahaku, dijilatinya kedua payudaraku, turun ke bawah, menjilat kedua perutku. Membuatku merasa geli penuh nikmat, "Oooh,,mass,," Seakan tau apa yang ku inginkan, kedua tangan Rico melepas celana dalamku. Tampakalah vaginaku yang memerah dengan sedikit rambut halus di sekitarnya. Rico kemudian memainkan lidahnya di vaginaku. Rico menjilati, mengulum vaginaku, membuatku menggelinjang hebat dan ku rasakan kedua kalinya, adanya kontraksi, "aaaaahh,,,,". Aku orgasme untuk kedua kalinya. Sensasi yang sangat menyenangakan.

Rico belum puas dengan orgasmeku tadi. Setelah dia membersihkan vaginaku, bisa kurasakan lidah Rico menerobos masuk dan menyerbu klitorisku. Nafasku semakin memburu dan dari bibirku a terus mengalir alunan desahan kenikmtan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.

"Aahh,, mas,,aah,,uuhh,,, eeenaakk,,mmm,,sss"

Aku sangat menikmati oral yang diberikan Rico. Kurasakan dorongan lidah Rico lebih dalam lagi ke dalam vaginaku, membuat cairan dari dalam vaginaku terus mengalir tanpa henti. membuat Desahan yang keluar dari mulutku semakin kencang. Semakin lama Rico memberikan rangsangan di dalam vaginaku, membuatku menggeliat dan mengerang semakin kuat. Kurasakan lagi vaginaku berkontraksi, dan aku pun orgasme.

Setelah orgasmeku reda, Rico dengan wajahnya yang basah dan penuh gairah menindih badanku yang sudah telanjang bulat. Rico mengulum bibir dan lidahku. Tangan kiriku kemudian menarik handuk yang masih menutupi bagian bawahnya. Membuatku merasakan penisnya menusuk perutku, membuatku semakin bergairah. Ciuman kami semakin basah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu. Lidah Rico dengan lincah menelusuri bagian luar dari mulut dan daguku. aku pun membalas kelincahannya. Lidahku membasahi mulut dan dagunya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kami akhirnya bertemu. Aku makin bertambah semangat dan terus mendesah nikmat. Tanganku menelusuri seluruh bagian dari punggungku. Rico membelai kepalaku dan tangan kirinya meremas-remas pantatku yang bulat.

"aaahh,, mass,,,"
Rico tiba-tiba menghentikan cumbuannya, "sayang... aku mencintaimu, aku ingin kamu seutuhnya" dan mencium lembut bibirku yang sudah basah. Aku sudah terlalu dipenuhi gairah karena segala tindakan Rico. Hingga rasanya bicara aku sulit. Kulingkarkan kedua lengaku di leher Rico dan kuhisap kedua bibirnya dalam-dalam sebagai jawabanku. Aku ingin segera menanggalkan keperawananku dalam pelukan Rico.

Rico mengalihkan ciuman bibirnya keleherku yang putih, menciuminya, menjilatinya, membuatku semakin terangsang. Kurasakan penis Rico mengusap vaginaku, membuatku semakin bergairah, apalagi kedua payudaraku yang sudah sangat mengeras dimainkan oleh Rico. Jilatan Rico dari leherku terus kebawah hingga lidahnya menyentuh ujung puting susuku yang makin membuat aku mengerang tak karuan, "aaahh,,,oohh,,,mmm,,aahh" .Sementara puting susuku yang satu lagi masih tetap dia pilin dengan sebelah tangannya. Kemudian tangannya terus kebawah payudaraku dan terus hingga akhirnya menyentuh permukaan vaginaku. Tak lama kemudian kurasakan penis Rico tenggelam di dalam vaginaku setelah susah payah karena vaginaku yang sempit.

"Uuuh,,,aarggh,,,," ku rasakan nyeri yang sangat hingga menangis.
"Sakit ya, sayang... sabar, ya.. Ntar juga hilang kok" Rico menenangkanku, sambil mencium mataku yang mengeluarkan air mata. Setelah kurasakan vaginaku mulai terbiasa dengan kehadiran penis Rico, Rico kemudian menggerakkan penisnya perlahan, keluar-masuk vaginaku. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan membuatku mendesah nikmat. Makin lama makin cepat, kembali aku hilang dalam orgasmenya yang kuat dan panjang. Tapi Rico yang tampaknya nyaris tidak dapat bertahan, semakin mempercepat gerakannya. Aku yang baru saja orgasme merasakan vaginaku yang sudah terlalu sensitif berkontraksi lagi..

"Sayaang,, aku sudah mau keluar, dikeluarin di mana?" tanya sambil terengah-engah.
"Di dalam saja, mass,," Toh, aku juga dalam masa tidak subur. jadi buat apa dikeluarin di luar, pikirku.

Tak lama kemudian aku segera mengalami orgasme bersamaan dengan Rico. Ku rasakan semburan di dalam liang vaginaku yang memberikan kenikmatan tiada tara.

Rico kemudian merebahkan diri di sampingku dan memeluk erat tubuhku. Tubuh mungilku segera tenggelam dalam pelukannya. Tangan Rico dengan lembut membelai rambut panjangku, "Anggi sayang... Selamanya kita bersama ya, sayang." dan ciuman lembut, romantis mendarat di bibirku.

"Iya, mas.." ku cium bibirnya lambat tapi sesaat. kemudian ku rapatkan badanku ke badannya. Ku lihat jam di kamar menunjukkan pukul 01.00, mataku pun sudah lelah dan kami pun tidur dengan pulas.

Pagi menjelang, sinar matahari masuk ke dalam kamar melalu jendela dan membangunkanku. Ada sedikit rasa terkejut melihat wajah Rico karena baru pertama aku tidur dengan laki-laki. Tapi teringat kejadian semalam membuatku kembali terangsang. Perlahan, ku cium bibi Rico yang sedikit terbuka. Ternyata ciumanku membangunkan Rico yang kemudian membalas ciumanku dengan lebih bergairah dan menggigit telingaku.

"Selamat pagi sayangku, cintaku,," ucapnya.
"Pagi,,," ku cium lagi bibirnya dan tak lama kami pun saling mengulum bibir satu sama lai, dan memainkan lidah, menambah kenikmatan di pagi hari. Karena ingin sedikit iseng, ku lepas ciumanku

"Aku mandi dulu, ya..." belum sempat aku berdiri, baru duduk, Rico menarik perutku, menciuminya dengan lembut. Membuatku menahan keinginan untuk meninggalkan tempat tidur.
"Nanti saja sayang.." Perlahan ciuman Rico dari perut naik menuju leherku, menjilatinya, membuatku mendesah nikamat, "aahh..mmm.."

Rico menjilati leherku dari belakang. Tangan kanannya meremas-remas payudaraku dan tangan kirinya menekan vaginaku. Ku rasakan jarinya masuk menyusuri liang vaginaku, memainkan klitorisku. Tak lama badanku pun menggeliat, pinggulku terangkat, dan orgasme pertama pagi itu datang.

Dengan lembut Rico memangkuku. Diletakannya aku di atas kedua pahanya. Kakiku melingkar di punggungnya. Kami pun berciuman dan Rico perlahan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Rico kemudian memompa penisnya, membuatku menggelinjang penuh nikmat. Sambil memainkan penisnya, Rico menikmati kedua payudaraku yang mengeras.

"aaah,,aah,,aahh,," semakin lama, semakin cepat, dan aku merasakan vaginaku kembali berkontraksi. Ku peluk kepala Rico dengan erat dan aku mengerang karena orgasme "Aaaaaaahhhh...." yang disusul dengan Rico yang juga mencapai puncaknya. Setelah itu kami bercumbu lagi beberapa saat kemudian baru mandi dan pulang ke kota meninggalkan seprei kamar yang basah karena cairanku dan Rico serta bercak darah pertanda hilangnya keperawananku.

Sebelum memulangkanku ke kos, kami mampir ke kos Rico untuk bercinta lagi. Sejak saat itu, setiap akhir minggu jika tidak ada kesibukan kami pasti check in di hotel untuk bercinta.

Kapan-kapan aku akan membagikan kisah cintaku yang lain bersama Rico tentunya.

Kalau ceritanya kurang merangsang maaf, ya.. maklum baru pertama...